Muslim Itu Pantang Mengeluh dan Pantang Menyerah
Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an berfirman memberitahukan tentang manusia dan watak buruk yang terbentuk pada dirinya. Ia berfirman,
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا * إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا * وَإِذَا مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij: 19-21)
Sungguh manusia diciptakan dengan membawa sifat keluh kesah saat tertimpa kemudaratan; dirinya akan kaget, tidak siap, dan hatinya seakan-akan copot karena rasa takut yang dahsyat, serta menyerah dari mendapat kebaikan setelah musibah yang menimpanya tersebut. Dan apabila dirinya mendapat kebaikan, maka ia menjadi amat kikir, tidak mau berbagi dengan orang lain dan enggan menunaikan hak Allah yang ada padanya.
Allah Ta’ala berfirman menyampaikan betapa buruknya watak mengeluh dan mudah putus asa,
اِنَّه لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
“Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang kafir.” (QS. Yusuf: 87)
Dari sini dapat kita pahami bahwa berkeluh kesah dan menyerah adalah watak buruk yang dimiliki oleh hampir semua dari kita. Sehingga terkadang tanpa kita sadari, kita pun melakukannya. Lalu, bagaimana hukum dari watak tersebut? Apakah hal itu dibenarkan oleh syariat kita ataukah terlarang?
Allah Ta’ala Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui, dan Dia tidak akan menzalimi seorang pun
Marilah kita jauhi sikap menentang ketentuan-ketentuan dan takdir-Nya, menggerutu atas keputusan-Nya kepada kita. Seorang muslim harus berserah diri pada apa yang Allah takdirkan dan putuskan, serta bersabar atas ketentuan dan ujian-Nya Ta’ala. Dengan mengetahui bahwa setiap ketetapan dan ketentuan-Nya bagi seorang mukmin tidak lain adalah kebaikan baginya, seorang muslim akan mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, ia akan bersyukur atas limpahan kebaikan yang Allah berikan kepadanya, dan ia akan bersabar saat tertimpa ujian dan kesusahan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ المُؤْمِنِ، إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وليسَ ذاكَ لأَحَدٍ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكانَ خَيْرًا له، وإنْ أصابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكانَ خَيْرًا له.
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika dia ditimpa kesusahan, dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Dengan mengetahui bahwa Allah Maha Mengetahui seluruh kondisi hamba-Nya, Allah Maha Bijaksana dan Allah tidak akan pernah menzalimi hamba-Nya, maka diri kita akan jauh dari mengeluh dan berputus asa. Memiliki harapan besar akan pahala dan bersabar atas setiap kesusahan yang kita hadapi. Ingatlah wahai saudaraku, mungkin saja engkau memiliki kedudukan di sisi Allah yang tidak dapat engkau capai dengan amal saleh dan kebaikanmu. Akan tetapi, engkau akan mencapainya karena kesabaran dalam menghadapi ujian yang telah Allah berikan kepadamu.
Keutamaan sabar
Allah Ta’ala berwasiat di dalam Al-Qur’an,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ * أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)
Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitabnya, Aisar At-Tafaasiir, menyebutkan, “Pada ayat 157, Allah Ta’ala memberikan kabar gembira kepada mereka, orang-orang yang bersabar, dengan ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan mendapatkan rahmat dari Rabbnya. Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Allah Ta’ala berfirman, “Merekalah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
Dari satu ayat ini saja, mereka yang bersabar, maka Allah janjikan kepada mereka tiga keutamaan,
1) Mendapatkan ampunan Allah;
2) Mendapatkan rahmat dan kasih sayang-Nya;
3) Mendapatkan hidayah dan petunjuk Allah Ta’ala.
Sungguh tiga keutamaan ini sudah cukup bagi diri kita untuk senantiasa berusaha bersabar tatkala ujian dan cobaan datang menghampiri kita, tidak mengeluh apalagi menyerah atas takdir tersebut.
Baca juga: Bersemangatlah dalam Hal yang Bermanfaat
Agar menjadi pribadi yang penyabar dan tidak mudah berkeluh kesah
Tatkala Allah Ta’ala memberitahukan tentang manusia dan watak buruk yang terbentuk pada dirinya, Allah Ta’ala mengecualikan beberapa orang yang aman dari watak buruk ini. Ia berfirman,
إِلَّا ٱلْمُصَلِّينَ * ٱلَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَآئِمُونَ * وَٱلَّذِينَ فِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ * لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ * وَٱلَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ ٱلدِّينِ * وَٱلَّذِينَ هُم مِّنْ عَذَابِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ * إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya (mereka menegakkan salat lima waktu pada waktunya); dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, (yaitu) bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta); dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan; dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).” (QS. Al-Ma’arij: 22-28)
Yang pertama, wahai saudaraku adalah menjaga salat lima waktu, secara berjemaah bagi laki-laki dan di rumah masing-masing bagi wanita. Sungguh salat akan menjaga seseorang dari perangai dan watak buruk. Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Yang kedua, menyisihkan sebagian harta untuk diberikan kepada mereka yang tidak mampu.
Yang ketiga, beriman dengan hari kebangkitan dan hari pembalasan.
Yang keempat, merasa takut akan azab Allah Ta’ala.
Dengan melakukan keempat hal tersebut, maka Insya Allah kita akan dituliskan sebagai hamba-hamba Allah yang senantiasa bersyukur kepada Allah dan tidak mudah mengeluh serta berputus asa dari rahmat-Nya.
Akhir kata, ingatlah selalu wahai saudaraku, tidaklah seorang hamba diberikan ujian oleh Allah Ta’ala kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya. Dan tidaklah Allah memberikan ujian dan rasa susah kecuali setelahnya akan ada kemudahan. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Ingatlah juga wahai saudaraku sekalian akan firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2)
Saat ujian itu datang menghampiri diri kita, ingatlah selalu bahwa Allahlah yang menakdirkan dan menghendakinya. Tetaplah beribadah dan menjaga kewajiban salat kita. Jangan sampai ujian yang datang tersebut justru menjadi pintu pembuka akan keburukan lainnya. Dari rasa malas, mengeluh, dan putus asa dari rahmat Allah. Wal ‘iyadzu billah.
Wallahu a’lam bissowab…
Baca juga: 5 Motivasi Agar Semakin Semangat Berangkat ke Tanah Suci
***
Penulis: Muhammad Idris, Lc.
Artikel Muslim.or.id
Artikel asli: https://muslim.or.id/108728-muslim-itu-pantang-mengeluh-dan-pantang-menyerah.html